Miftahur Rahman El-Banjary, meraih gelar doktor Bidang Sastra dan Bahasa Arab dari Universitas Liga Arab Kairo Mesir
Orang awam yang mendadak menjadi 'Religius' seringkali belum mampu membedakan mana ajaran agama Islam dan mana budaya Arab.
Dikiranya semua yang berasal dari budaya Arab itulah Islam, tanpa
pernah tahu inti hakikat ajaran Islam yang sesungguhnya. Karena tidak
semua budaya yang berasal dari Arab itu juga bagian dari ajaran Islam.
Baru belajar Islam sudah mau mendirikan negara Islam. Baru kenal bahasa Arab panggilan kesehariannya pakai "akhi-ukhti-abi-umi". Ada juga katanya hijrah dari masa Jahiliyyah lantas Pakai Cadar dan celana gantung. Apa memang seperti itu keberislaman yang benar?
Islam itu ajaran yang mengatur semua perilaku yang baik, tapi bukan berlebih-lebihan. Islam tidak pernah membenturkan antara ajarannya dengan budaya setempat.
Kita orang Indonesia, maka jadikanlah Islam kita seperti halnya Islam Indonesia, Islam Melayu, bukan memaksakan menjadi Islam Arab. Bedakan mana budaya Arab dan mana hakikat ajaran Islam sesungguhnya.
Hal terpenting pesan dari ajaran Islam adalah "Udkhulú fissilmi kaffah. Masuklah ke dalam (inti ajaran Islam) Islam secara menyeluruh".
Artinya, dasar agama ini harus dipelajari secara kompherehensif, mengakar hingga ke akar-akarnya. Jangan setengah-setengah. Jangan asal tiru saja, asal-asalan ikut-ikutan saja, tanpa pernah mau belajar "Maqashid Syariah"-nya.
Islam itu ajarannya tawasuth. Seimbang. Tidak berlebihan. Tidak ekstrim radikal, bukan pula liberal tanpa batasan.
Misalnya Islam memerintahkan menutup aurat bagi perempuan, kecuali wajah dan telapak tangan. Maka pakai kerudung dan pakaian yang sesuai, tak melulu gamis jalabib lebar serba hitam, sebagaimana budaya Arab.
Nah, garis pembeda yang tipis antara hukum syariat dan budaya Arab inilah yang seringkali mengecoh orang yang belum terlalu paham ajaran Islam, sehingga menjadikan budaya 'ditarik paksa' dijadikan syariat Islam.
Sedangkan al-Qur'an telah mewanti-wanti di surah an-Nisa : "La taghlu fi diinikum. Jangan berlebih-lebihan dalam hal perkara agama kalian."
Kemudian pula ada yang ingin mendirikan negara Islam. Apa kemerdekaan ini direbut oleh pejuang muslim saja? Tidak! Kita harus melek sejarah. Kemerdekaan ini dicapai oleh perjuangan bersama oleh banyak kepercayaan di Indonesia, termasuk umat muslim sendiri.
Jadi janganlah karena terlalu bersemangat dengan keberislaman yang menggebu-gebu menjadikan Islam kita menjadi Islam yang sangar, Islam yang beringas, Islam yang serba bid'ah dan serba haram.
Islam di Indonesia adalah Islam yang damai, memiliki toleransi tinggi dan santun pada perbedaan, Islam yang menerbarkan rahmatal lil 'alamien.
By; Sahifa Penerbit
Baru belajar Islam sudah mau mendirikan negara Islam. Baru kenal bahasa Arab panggilan kesehariannya pakai "akhi-ukhti-abi-umi". Ada juga katanya hijrah dari masa Jahiliyyah lantas Pakai Cadar dan celana gantung. Apa memang seperti itu keberislaman yang benar?
Islam itu ajaran yang mengatur semua perilaku yang baik, tapi bukan berlebih-lebihan. Islam tidak pernah membenturkan antara ajarannya dengan budaya setempat.
Kita orang Indonesia, maka jadikanlah Islam kita seperti halnya Islam Indonesia, Islam Melayu, bukan memaksakan menjadi Islam Arab. Bedakan mana budaya Arab dan mana hakikat ajaran Islam sesungguhnya.
Hal terpenting pesan dari ajaran Islam adalah "Udkhulú fissilmi kaffah. Masuklah ke dalam (inti ajaran Islam) Islam secara menyeluruh".
Artinya, dasar agama ini harus dipelajari secara kompherehensif, mengakar hingga ke akar-akarnya. Jangan setengah-setengah. Jangan asal tiru saja, asal-asalan ikut-ikutan saja, tanpa pernah mau belajar "Maqashid Syariah"-nya.
Islam itu ajarannya tawasuth. Seimbang. Tidak berlebihan. Tidak ekstrim radikal, bukan pula liberal tanpa batasan.
Misalnya Islam memerintahkan menutup aurat bagi perempuan, kecuali wajah dan telapak tangan. Maka pakai kerudung dan pakaian yang sesuai, tak melulu gamis jalabib lebar serba hitam, sebagaimana budaya Arab.
Nah, garis pembeda yang tipis antara hukum syariat dan budaya Arab inilah yang seringkali mengecoh orang yang belum terlalu paham ajaran Islam, sehingga menjadikan budaya 'ditarik paksa' dijadikan syariat Islam.
Sedangkan al-Qur'an telah mewanti-wanti di surah an-Nisa : "La taghlu fi diinikum. Jangan berlebih-lebihan dalam hal perkara agama kalian."
Kemudian pula ada yang ingin mendirikan negara Islam. Apa kemerdekaan ini direbut oleh pejuang muslim saja? Tidak! Kita harus melek sejarah. Kemerdekaan ini dicapai oleh perjuangan bersama oleh banyak kepercayaan di Indonesia, termasuk umat muslim sendiri.
Jadi janganlah karena terlalu bersemangat dengan keberislaman yang menggebu-gebu menjadikan Islam kita menjadi Islam yang sangar, Islam yang beringas, Islam yang serba bid'ah dan serba haram.
Islam di Indonesia adalah Islam yang damai, memiliki toleransi tinggi dan santun pada perbedaan, Islam yang menerbarkan rahmatal lil 'alamien.
By; Sahifa Penerbit
Comments
Post a Comment