Kisah (Mbah) Jaelani Mondok [2]

Begitulah keseharian [Mbah] Jaelani pada awal-awal mondok.

Kejadian itu dilihat oleh salah seorang santri yang terkenal alim. Santri ini hebat, khusyuk dan ahli ibadah.
Beliau lalu lapor ke Mbah Kiai.

"Mbah Kiai, mohon maaf, saya kok merasa kasihan di antara sekian banyak santri," ujar sang santri.
"Siapa?" tanya Mbah Kiai.
"Kang Jaelani," jawab santri.
"Yowes, kebetulan ini menjelang Maghrib. Kamu selidiki apa kelakukan si Jaelani," perintah Mbah Kiai.

Si santri alim pun melakukan pengintaian pada Kang Jaelani bersama tiga orang santri lainnya.

Ternyata, pas terdengar azan, Kang Jaelani turun dari tempatnya. Lalu berlari ke arah laut, dalam sekejap sudah tiba di laut. Padahal, jarak antara pondok dengan laut itu berkilo-kilo.
Tiga orang santri itu pun tak bisa mengejar [Mbah] Jaelani.

Sampai di laut, ternyata, di atas laut ada masjid besar. Dari sana terdengar iqomah. Banyak sekali yang ikut jamaah di masjid atas laut. Jaelani muda pun melangkah di atas laut menuju masjid dan ikut berjamaah di sana.

Sementara itu, santri yang mengikutinya hanya bisa bengong.

Keesokan harinya, tiga santri ini dipanggil Mbah Kiai.
"Piye Le?"
"Ternyata Kang Jaelani itu shalatnya di atas laut, Mbah Kiai..." jawab mereka.
"Terus, siapa yang gak shalat?" tanya Mbah Kiai.
"Kami, Mbah..."


--- KH Husein Ilyas

Comments

  1. Mas kholid, apkah yg spean maksud mbah jaelani itu yg berasal dr kajeksan tulangan sidoarjo?

    ReplyDelete
  2. Saya malah kurang kenal dengan Mbah Jaelani. Itu merangkum dari ceramah Kiai Husen Ilyas.

    ReplyDelete
  3. Kalau KH. Husein Ilyas yang cerita insya Allah yang dimaksud Mbah Djaelani Kajeksan..

    ReplyDelete
  4. iya betul mbah yai jaelani kajeksan tulangan sidoarjo..

    ReplyDelete

Post a Comment