"Jika kita membaca kitab-kitab tebal sejarah Islam sejak era Umawiyah hingga Turki Utsmani, tidak akan kita dapati catatan tentang perdebatan dan konflik yang disebabkan masalah-masalah kecil seperti tahlilan, ziarah kubur, tawassul, peringatan Maulid Nabi, pembangunan makam, dan upacara memperingati hari kematian, yang padahal di zaman itu ritual-ritual seperti itu banyak dilakukan oleh umat Islam terutama oleh kelompok tariqah sufi yang oleh para penguasa Islam saat itu diberikan fasilitas berupa madrasah, khanqah, dan zawiya.
Dan perlu diketahui ritual-ritual seperti di atas dilakukan di depan para ulama besar Islam seperti Imam Syafi'i, Imam Malik, Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Imam Suyuthi, Imam Nawawi, Imam Bukhari, Imam Muslim, dan ulama-ulama lain yang tidak diragukan kapasitas ilmunya. Namun nyatanya, tidak pernah kita dapati di dalam karya imam-imam di atas sebuah artikel pun yang mengkritik ritual-ritual yang dilaksanakan masyarakat muslim kala itu.
Saya baru melihat sebuah karya yang mengkritik habis-habisan ritual seperti di atas pada awal abad ke-18, ketika muncul tokoh bernama Muhammad bin Abdul Wahab. Sebelum munculnya Muhammad bin Abdul Wahab nyaris tidak pernah terdengar perdebatan yang sangat intens menyoal masalah di atas.
Dan baru di abad 21 ini kita mendapati orang-orang di seantero negara Islam berdebat mengenai boleh tidaknya tawassul, boleh tidaknya ziarah kubur, boleh tidaknya tahlilan, dan sejenisnya. Sementara sejak abad ke-7 hingga abad ke-17, dunia Islam tidak pernah mempersoalkan masalah-masalah tersebut. Namun sebaliknya dunia Islam sibuk menggali ilmu-ilmu alam, filsafat, ilmu logika, matematika, kedokteran, arsitektur, dan seni-budaya.
Dan tidak bisa kita pungkiri saat itu dunia Islam yang tidak tersibukkan dengan masalah-masalah ritual keagamaan seperti tahlil, ziarah, tawassul, dan ritual sufistik lainnya justru melahirkan orang-orang seperti Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Abu Bakar Al-Razi, Ibnu Haitsam, Al-Farghani, Ibnu Khaldun, dan lain-lain yang sangat diperhitungkan dunia.
Sementara hari ini di mana umat Islam sibuk dengan perdebatan masalah ritual adat di masyarakat, memperebutkan sunnah dan saling melontarkan bid'ah, apa yang dihasilkan umat ini? Penemuan Higgs-Boson kah? Penemuan teori relativitas kah? Atau penemuan alat-alat transportasi canggih kah? Atau penemuan kabel optikal internet dengan kecepatan data yang super? Kita hari ini tidak menghasilkan apa-apa selain perdebatan itu sendiri.
Dan pertanyaan terakhir, jika memang pergerakan Muhammad bin Abdul Wahab memberangus semua ritual-ritual seperti tahlil, ziarah kubur, maulid, pembangunan makam, dan lain-lain atas nama memurnikan akidah, apakah akidah umat Islam selama 10 abad sebelum dia lahir itu tidak murni? Jika memang tidak murni bagaimana mungkin ulama sekelas Imam Syafi'i atau Imam Malik misalnya, membiarkan begitu saja kondisi akidah umat Islam kala itu yang konon tidak murni?"
~ Ustadz Zulfahani Hasyim
Comments
Post a Comment