Khutbah: Membelanjakan Harta di Jalan Allah

Ini naskah khutbah yang kusampaikan di masjid Baiturrahim, Istana Negara, tadi. Ada RI 1 dan 2 di antara jamaah salat Jum'ah tadi.
Membelanjakan Harta di Jalan Allah@

بسم الله الرحمن الرحيم.
الحمد لله القائل في الكتاب المنزل الكريم: {وَأَنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ وَأَحْسِنُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ} [2/البقرة: 195] {مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (261). الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (262). [2/البقرة]
أشهدأن لا اله إلا الله سبحانه وتعالى، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله المصطفى. اللهم صلِّ على وسلِّم نبيك ورسولك محمدٍ وعلى آله وصحبه ومن والى. أما بعد، فيا أيها المؤمنون، أوصيكم وإياي بالتقوى، فقد فاز من اتقى وقد خاب من عصا.
Saudara-saudara kaum Muslim dan Mukmin yang diberkati Allah.
Salah satu bagian penting dalam keberagamaan kita adalah membelanjakan harta di jalan Allah. Apa jalan Allah? Semua hal yang membawa kita kepada keridaan Allah (سبيل الله: ما يوصل إلى مرضاته تعالى), demikian kata seorang ahli tafsir al-Qur’an. Itu dapat berarti membelanjakan harta untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat, baik bagi diri sendiri, keluarga, tetangga, orang-orang yang dikenal dan orang-orang-orang yang tak dikenal. Termasuk di dalamnya hal-hal yang memberikan kemanfaatan segera maupun yang manfaatnya baru akan datang beberapa tahun kemudian seperti investasi sosial dan pendidikan.
Kita dianjurkan untuk melakukan hal itu. Anjuran itu sedemikian kuat sehingga disebutkan bahwa perumpamaan nafkah di jalan Allah itu seperti satu biji yang tumbuh menjadi satu batang padi atau gandum dengan tujuh tangkai yang masing-masing berisi 100 biji. Jadi pahalanya dilipatgandakan 700X. Tidak ada perniagaan yang memberikan keuntungan sebanyak itu.

Kaum Muslimin yang disayangi Allah.
Mengapa kita dianjurkan untuk bersedekah atau membelanjakan harta di jalan Allah? Salah satu tujuan agama adalah penguasaan atas diri sendiri dan tidak memperturutkan dorongan alamiah yang tidak patut bagi martabat manusia beriman. Bakhil, pelit atau kedekut merupakan bawaan yang semestinya dikontrol. Orang yang mampu menguasai nafsu pelitnya atau kebakhilannya adalah orang yang berhasil. Demikian dinyatakan dalam sebuah ayat al-Qur'an:
{وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون} [59/الحشر: 9]
Kenikmatan dan rejeki yang kita peroleh sebenarnya tidak semata-mata dari usaha kita sebagaimana kemalangan yang menimpa orang yang malang bukanlah semata-mata karena kemalasan dan kekurangan usaha mereka. Banyak hal yang membuat untung sebagaimana banyak yang membuat buntung. Para pengungsi yang mencari keselamatan karena di rumah sendiri terjadi kerusuhan atau perang, orang-orang yang menjadi korban banjir, gunung meletus dan sebagainya; mereka mendapatkan kemalangan dari banyak faktor dari luar diri mereka. Demikian pula keberhasilan kita tidak jarang disebabkan oleh banyak hal yang tidak kita usahakan sendiri. Yang kita usahakan sering kali seperti memberi peluang bagi datangnya banyak keuntungan yang kita peroleh.
Karena itu, kita perlu bersolidaritas dengan orang-orang yang memerlukan bantuan dari harta kita yang sebagiannya kita peroleh tidak semata-mata dengan usaha kita dan di dalamnya terdapat hak orang lain.

Kaum Muslimin yang diberkati Allah.
Sedekah atau belanja di jalan Allah yang memberikan keuntungan sedemikian itu adalah yang dilakukan dengan keikhlasan; bukan karena terpaksa, bukan karena ingin dikenal sebagai dermawan, bukan merasa diri orang baik. Di dalam al-Qur'an disebutkan bahwa sedekah atau belanja di jalan Allah itu tidak boleh diikuti dengan kata-kata yang menyakiti penerimanya. Kata-kata seperti itu akan menghapus pahala. Jadi, keuntungan 700X lipat itu merupakan keuntungan tertinggi, balasan yang dapat berkurang sesuai dengan kadar keikhlasan pelakunya.
Kata-kata yang sopan dan pemaafan lebih baik daripada sedekah yang diikuti dengan pencemoohan atau kata-kata yang menyakitkan. Memang tidak mudah untuk berbagi dengan milik yang kita sukai seperti harta dan kedudukan.
قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ (263). يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ} [البقرة: 261 - 264].
Perkataan yang baik dan pemberian maaf adalah lebih baik daripada sedekah yang diikuti hal yang menyakitkan penerimanya, sedangkan Allah maha kaya lagi maha bijaksana. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian rusak sedekah kalian dengan kata-kata kasar dan tindakan yang menyakitkan sebagaimana rusaknya pahala orang yang membelanjakan hartanya untuk pamer kepada orang lain dan tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Perumpamaannya seperti batu licin yang tertutup tanah lalu tertimpa air hujan, maka jadilah ia bersih sama sekali. Orang-orang seperti itu tidak memperoleh apa pun dari perbuatan sedekahnya, sedangkan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang menutup hati.
Dengan demikian sedekah mesti dijaga dengan keikhlasan dan keimanan kepada Allah dan hari akhir, bukan untuk tujuan-tujuan lain yang membuat pahalanya terhapus.

Jamaah kaum Muslimin yang diberkati Allah,
Ada satu hal lagi yang perlu mendapat perhatian kita dalam hal bersedekah, yakni siapa yang menerimanya dan untuk apa sedekah itu dipergunakan. Kita tidak boleh hanya memberi lalu selesai, melainkan harus memastikan bahwa pemberian itu tidak dipergunakan untuk melakukan keburukan atau hal yang membahayakan kehidupan. Nabi Muhammad mengingatkan bahwa orang yang menolong terjadinya maksiat, walaupun hanya dengan separo kata, sama dengan ikut bermaksiat. Karena itu kita harus tahu dengan pasti siapa penerima sedekah kita. Sedekah yang berada di tangan penjahat sangat besar kemungkinannya untuk dipakai dalam melakukan kejahatan; sedekah di tangan orang yang baik sangat besar kemungkinannya untuk dipakai dalam kebaikan. Itu pun, masih memerlukan pengawasan atau pertanggungjawaban yang transparan. Keikhlasan tidak semestinya menghalangi kita dari kehati-hatian sehingga niat baik dan tindakan baik kita tidak justru berarti kemaksiatan.

Kaum Muslimin yang berbahagia
Banyak jalan untuk berbuat kebaikan yang pahalanya seperti pahala sedekah di jalan Allah. Jangankan menolong manusia, menolong anjing pun termasuk sedekah yang mendapat pahala dari Allah. Disebutkan dalam sebuah hadis:
عن أبي هريرةَ – رضي الله عنه – أنَّ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: «بَينَما رَجُلٌ يَمشي بِطَريقٍ اشْتَدَّ عَلَيهِ العَطَشُ، فَوَجَدَ بِئرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشربَ، ثُمَّ خَرَجَ فإذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يأكُلُ الثَّرَى مِنَ العَطَشِ. فَقَالَ الرَّجُلُ: لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الكَلْبُ مِنَ العَطَشِ مِثلُ الَّذِي كَانَ قَدْ بَلَغَ مِنِّي. فَنَزَلَ البِئْرَ، فَمَلأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أمْسَكَهُ بفيهِ حَتَّى رَقِيَ. فَسَقَى الكَلْبَ، فَشَكَرَ اللهَ لَهُ، فَغَفَرَ لَهُ» قالوا: يَا رَسُول اللهِ، إنَّ لَنَا في البَهَائِمِ أَجْرًا؟ فقَالَ: «في كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أجْرٌ».
Kalau tidak dapat memberikan kebaikan, setidak-tidaknya orang dapat menahan diri dari melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Dalam sebuah hadis diceritakan bahwa seorang sahabat Nabi, Abu Dzarr bertanya: Apa amal yang paling baik? Iman kepada Allah dan berjuang di jalan-Nya, jawab Rasulullah. Budak yang paling baik? tanyanya lagi. Yang paling indah bagi tuannya dan yang paling tinggi harganya.
عن أبي ذر جُنْدبِ بنِ جُنَادَةَ - رضي الله عنه - قَالَ: قُلْتُ: يَا رسولَ الله، أيُّ الأعمالِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «الإِيمَانُ باللهِ وَالجِهادُ فِي سَبيلِهِ». قُلْتُ: أيُّ الرِّقَابِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «أنْفَسُهَا عِنْدَ أَهلِهَا وَأَكثَرهَا ثَمَنًا». قُلْتُ: فإنْ لَمْ أفْعَلْ؟ قَالَ: «تُعِينُ صَانِعًا أَوْ تَصْنَعُ لأَخْرَقَ». قُلْتُ: يَا رَسُول الله، أرأيْتَ إنْ ضَعُفْتُ عَنْ بَعْضِ العَمَلِ؟ قَالَ: «تَكُفُّ شَرَّكَ عَنِ النَّاسِ؛ فإنَّهَا صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ». مُتَّفَقٌ عليه.
Kalau aku tak dapat berbuat sendiri? tanya Abu Dzarr. Jawab Rasulullah: Kau bantulah orang yang membuat produk atau kau buatkan produk bagi orang yang tak bisa membuat sendiri. Kalau aku lemah dalam membuat produk? Tahanlah dirimu dari merugikan orang lain. Itu adalah sedekahmu untuk dirimu sendiri.
Juga dikatakan dalam sebuah hadis lain:
قَالَ رسولَ الله صلى الله عليه وسلم: «وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ، وَاللَّهِ لاَ يُؤْمِنُ» قِيلَ: وَمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «الَّذِي لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَايِقَهُ» البخاري.
Demi Allah, tidaklah beriman 3X, Rasulullah bersabda suatu kali. Para sahabat bertanya, Siapa itu? Orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.

Jadi, perbuatan baik adalah kelanjutan logis dari iman. Iman semestinya mewujud dalam perbuatan baik dan pencegahan diri dari perbuatan tidak baik.

Oleh: Prof. Muhammad Machasin

Comments