Rasulullah saw Sebagai Wasilah

★★ Rasulullah Saw Sebagai Wasilah ★★

Kisah ini berdasarkan riwayat hadits yang sangat panjang. Ringkasnya:
Ada seseorang bernama Sawad bin Qarib,
Selama beberapa malam ia bermimpi masuk agama Islam, yang pada akhirnya ia datang ke Rasulullah Saw dan melantunkan beberapa syair yang diantaranya adalah sebagai berikut:

فَأَشْهَدُ أَنَّ اللهَ لَا رَبَّ غَيْرَهُ   ※  وَأَنَّكَ مَأْمُوْنٌ عَلَى كُلِّ غَالِبٍ
وَأَنَّكَ أَدْنَى الْمُرْسَلِيْنَ وَسِيْلَةً  ※ إِلَى اللهِ يَا ابْنَ الْأَكْرَمِيْنَ الْأَطَائِبِ
وَكُنْ لِيْ شَفِيْعًا يَوْمَ لَا ذُوْ شَفَاعَة ٍ ※ سِوَاكَ بِمُغْنٍ عَنْ سَوَادِ بْنِ قَارِبٍ

“Maka, aku bersaksi bahwa Allah, tiada tuhan selain Ia.
Dan sesungguhnya engkau orang terpercaya atas segala kemenangan.

Dan seseungguhnya engkau (Muhammad) adalah wasilah yang terdekat kepada Allah.
Wahai putra orang-orang mulia nan baik.

Jadilah engkau sebagai penolong bagiku saat tiada yang dapat memiliki pertolongan.
Selain engkau tiada dibutuhkan oleh Sawad bin Qarib”.

فَفَرِحَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم وَأَصْحَابُهُ بِإِسْلَامِيْ فَرْحًا شَدِيْدًا حَتَّى رُئِيَ فِي وُجُوْهِهِمْ، قَالَ: فَوَثَبَ عُمَرُ فَالْتَزَمَهُ وَقَالَ قَدْ كُنْتُ أُحِبُّ أَنْ أَسْمَعَ هَذَا مِنْكَ

“Sawad bin Qarib berkata:
“Rasulullah dan para sahabat sangat senang dengan keislaman saya.
Kemudian Umar melompat dan merangkulnya.
Umar berkata:
“Sungguh aku senang mendengar ini darimu”.

Kisah di atas dikutip dalam :
● Tafsir Ibnu Katsir (7/299)/(4/168 Isa al-Halabi Mesir),
● Al-Mustadrak (15/227),
● Al-Kabir Thabrani/ Ahadits Thiwal (1/75),
● Dalail Nubuwah li al-Baihaqi (1/132),
● Dalail Nubuwah Abu Nuaim (1/74),
● Funun Ajaib Abi Said Naqqasy (1/84),
● Sirah Nabawiyah Ibnu Katsir (1/346),
● Mu’jam Abi Ya’la Al Mushili (1/348),
● Uyunul Atsar Ibn Sayydinnas (1/102),
● Subulul Huda War Rasyad Shalihi Syami (2/209),
● Al Wafi bil Wafiyat Abu Fayyadl (5/175),
● Al Isti’ab fi Ma’rifat Ashhab (1/104),
● Tafsir Adlwa’ al Bayan Al Hafidz Zuhair bin Harb Nasa’i/Ta’liq Al Albani (3/445)
● Tafsir Nukat Wa Uyun (4/336).

Rasulullah Saw dan para sahabat tidak mengingkari bahwa Rasulullah Saw adalah wasilah yang paling utama.
Kalau hal ini salah maka sudah pasti Rasulullah Saw dan para sahabat akan mengatakan salah.
Sehingga hadits ini disebut taqrir (ketetapan) karena disetujui dan diakui oleh Rasulullah sendiri.

Dan seandainya status wasilah Rasulullah Saw hanya berlaku ketika beliau masih hidup,
Maka sudah pasti Rasulullah akan berkata semisal:
“Ingat..!!, aku hanya sebagai wasilah ketika aku masih hidup saja..!!!
Atau: Jika bertawassul tidak boleh dengan dzat saya, tapi dengan doa saya..!!!”

Tetapi nyatanya Rasulullah Saw mengakuinya dan tidak memberi batasan.
Karenanya dalam kaidah Ushul fiqh dikatakan:

اِنَّ الْبَيَانَ لاَ يُؤَخَّرُ عَنْ وَقْتِ الْحَاجَةِ

“Penjelasan tentang hukum tidak boleh ditunda di saat penjelasan itu dibutuhkan”.
(Al-Talkhish fi Ushul al-Fiqh, II/208).

■ Lalu dari mana pihak yang anti tawassul
(Wahabi Talafi) melarang Rasulullah Saw dijadikan sebagai wasilah setelah beliau wafat....????
Padahal Beliau Saw sendiri tidak pernah menyatakan demikian...???

——————————————————————————————

Hasan Baroom

Comments