#TentangHTI
Selasa lalu saya bertemu mahasiswa bimbingan saya. Dia sedang menulis tesis tentang pemberitaan media Arab terkait khilafah. Analisis wacana kritis dipakainya sebagai pisau bedah.
Sedari awal saya sudah curiga, dia simpatisan HTI. Betul saja, ternyata kemudian saya tahu dia tidak hanya simpatisan, tapi juga aktivis dan memegang posisi cukup strategis di bagian media HTI.
Selama ini saya selalu senang bila membimbing mahasiswa-mahasiswa yang berbeda ideologi dengan saya. Seperti kepada mahasiswa-mahasiswa lain yang berbeda ideologi, saya selalu berusaha memberi ruang diskusi agar saya mendapat informasi tentang ideologinya dan dia pun mendapatkan versi informasi dari saya, yang mungkin saja berbeda.
Seperti sering saya dengar dari mereka yang menjadi pendukung ideologi ini, dia juga menyampaikan bahwa dia memilih ideologi ini karena menganggap itu bagian dari ber-Islam secara kaffah.
Dia merasa pemilihan ideologi ini justru tidak bertentangan dengan NKRI, karena khilafah justru mengembalikan kejayaan Nusantara. Tidak hanya dari dari Sabang sampai Merauke, tapi akan diperluas menjadi dari Sabang sampai Maroko.
Dia juga menyampaikan sudah banyak yang simpati pada HTI. Hari ini mungkin sudah ada sekitar 2 juta simpatisan HTI, katanya hari itu. Dan, penerimaan ormas Islam terhadap HTI juga semakin baik. Terbukti saat HTI hendak dibubarkan, pembelaan justru banyak berdatangan dari ormas-ormas Islam.
Saya menyimak dengan seksama semua penjelasannya. Saya mencoba memahami argumen dan fakta yang disampaikannya. Meskipun tak banyak sesuatu yang baru yang saya dengar, tapi ada juga yang saya dapatkan.
Lalu, tiba giliran saya untuk menyampaikan beberapa hal yang saya pikirkan selama ini tentang ideologi yang diusung-usung kawan-kawan di HTI. O iya, masalah khilafah ini sudah lama jadi minat saya. Skripsi, tesis, dan penelitian saya banyak membicarakan khilafah dalam berbagai aspeknya. Berikut beberapa hal yang saya sampaikan:
1. Saya menanyakan soal nash sharih baik dari Alquran atau hadis yang mengharuskan penerapan ideologi khilafah itu. Apakah ada ayat-ayat atau hadis-hadis yang memang mendorong bahkan mewajibkan ideologi khilafah, yang berhasil digali oleh kawan-kawan HTI, selain yang selama ini saya dengar.
2. Jargon "khilafah adalah solusi" menurut saya terlalu berlebihan. Saya khawatir orang akan punya ekspektasi berlebihan. Padahal, faktanya di dalam sejarah pemerintahan khilafah juga punya masalah. Dan pada akhirnya, tetap saja kembali kepada orang-orang penyelenggara negara itu. Toh, jargon itu juga tidak ada dalilnya.
3. Apa upaya kawan-kawan HTI dalam mencari titik temu dan menyatukan paham ormas-ormas Islam di Indonesia? Apakah kehadiran HTI selama ini diterima oleh ormas-ormas itu, atau justru dianggap sebagai bagian dari masalah.
Ini penting karena bila menyatukan ormas-ormas Islam saja belum sanggup, maka tentu saja menyatukan komponen bangsa non-Islam untuk menerima ideologi khilafah tentu lebih sulit lagi, apalagi menyatukan orang-orang lintas bangsa dan negara.
4. Mengapa HTI dalam memperjuangkan ideologi khilafah justru tidak masuk dalam struktur dan sistem pemerintahan? Bukankah perubahan ideologi paling mungkin dilakukan secara konstitusional dengan masuk dalam sistem dan struktur pemerintahan.
Dalam konteks ini, PKS justru lebih realistis. Maka, tak mengherankan bila ada tuduhan "makar" dan tuduhan sejenis kepada HTI karena faktanya HTI berupaya mengubah ideologi negara tanpa masuk menjadi bagian dalam sistem bernegara.
5. Sebutkan satu saja ulama di HTI yang secara keilmuan bisa diterima pemahaman dan keilmuan agamanya oleh mayoritas tokoh-tokoh ormas-ormas Islam di Indonesia.
Ini penting. Sebagai ideolog, dia harus orang yang memiliki otoritas, apalagi ideologi ini kan menggunakan bendera agama. Harusnya ada ulama-ideolog yang punya kemampuan pemahaman dan penguasaan teks Arab klasik dan modernnya di atas keilmuan dan pemahaman ulama-ulama ormas lainnya.
Bila itu ada, tentu tinggal tunggu waktu saja ideologi ini bisa diterima oleh masyarakat. Namun bila tidak atau belum ada, maka ideologi ini hanya akan menarik orang-orang yang baru kenal Islam, dan masih butuh perjuangan yang besar untuk meyakinkan umat Islam Indonesia agar bisa menerima, apalagi yang selama ini sudah berormas.
Itu yang saya sampaikan kepadanya. Namun, tak banyak sanggahan yang disampaikannya. Mungkin dia gak enak menyanggahnya, karena saya pembimbing tesisnya. Hehe.
Lalu, dia berjanji besok akan memberi buku tentang khilafah kepada saya, dan itu pun dipenuhinya, meski hingga saat saya belum sempat melihat dan membacanya. Semoga saya bisa menggali sesuatu yang baru dari buku itu. Paling tidak memperkuat asumsi saya bahwa HTI itu tidak perlu dibubarkan, tapi perlu didekati, dipahamkan, dan diajak berdiskusi.
~ Syarif Hade
Comments
Post a Comment