Ma'mar Sang Jagoan yang Terbirit-birit


Hendak Bunuh Nabi Muhammad saw.

Jagoan Bani Kinanah Tunggang Langgang


Ma'mar bin Yazid, seorang jagoan dari Bani Kinanah. Dia terkenal paling pemberani dan jago duel. Dia tokoh dengan pengaruh besar di kalangan masyarakat Bani Kinanah.


Suku Quraisy yang galau menyikapi sepak terjang dakwah Nabi Muhammad saw pun meminta bantuan Ma'mar. Supaya dia bersedia "mengatasi" sang masalah baru di suku Quraisy ini.


"Jangan kuatir. Di belakangku ada 10 ribu tentara ahli panah dan pedang. Jika aku bunuh lelaki itu, Bani Hasyim gak bakal sanggup menuntut balas padaku. 

Kalaupun mereka menuntut ganti rugi (diyat) aku sanggup membayar 10x lipat dari biasanya." ujarnya mantab dan meyakinkan.


Pada hari yang ditentukan, lelaki perkasa Bani Kinanah bersiap. 

Orang-orang sudah menyiapkan sebuah pedang besar. Saking besarnya, panjangnya mencapai 7 kilan tangan orang dewasa.


Ketika itu, Kanjeng Rasul hendak salat di Hijr Ismail. Beliau telah mengetahui ada sekelompok orang yang hendak niat membunuh beliau. Namun, tak sekalipun beliau menoleh mereka. Tak terlihat raut kuatir atau ketakutan sama sekali.


Beliau tetap salat seperti biasa.

Tetap tenang dan panjang. Tidak tergesa-gesa, hanya demi menghindari rencana pembunuhan.


"Itu Muhammad sedang sujud. Segeralah eksekusi dia." ujar orang-orang.


Sementara orang-orang Quraisy menunggu (dan mengintip) di luar, Ma'mar dengan mantab berjalan menuju Kanjeng Rasul yang sedang salat. Di tangannya, tergenggang sebilah pedang besar yang ditumpukan di pundaknya.


Ketika jarak semakin dekat, saat Ma'mar hendak mengayunkan pedangnya, tiba-tiba dia melemparkan pedangnya dan lari tunggang langgang. Balik menjauh dari Muhammad. 


Tiba di pintu Shafa, ia tersandung perisai besinya yang tergeletak. Seketika dia terjengkelang. Mukanya menatap permukaan tanah berbatu. Darah mengucur di wajahnya.


"Apa-apa yang terjadi? Ada apa?" 

Orang-orang yang sedari tadi menunggu di luar, ribut menunggu jawaban. 


Setelah darah di wajah Ma'mar dibersihkan, ia menceritakan peristiwa yang baru terjadi.


"Jancuk tenan. Kurang ajar bener."

"Emang ada apa? Kok sampai kamu seperti itu?" 


"Sebentar. Aku gak pernah mengalami peristiwa seburuk ini. Biarkan aku sendiri sampai tenang." 

Setelah sekian waktu, Ma'mar mulai bisa menenangkan diri.


Ia melanjutkan ceritanya,

"Ketika aku angkat pedang, hendak menebas kepala Muhammad, tiba-tiba muncul dua ekor ular yang amar besar di depanku. Dari kedua mulut ular menyembur api yang menyala-nyala. Matanya berkilat-kilat. Seakan siap membakarku. 

Seketika aku lari menjauh darinya seperti yang kalian lihat." 


A'lamun Nubuwwah - al-Mawardi

Comments