Kultum: Orang Munafik

 


Teman-teman yang berbahagia, 


Ada yang pernah dengar orang munafik nggak? Apa itu? Gak ada yang tahu ya?


Saya kasih tahu deh...

Orang munafik adalah orang yang beda omongan dengan perbuatan.

Orang yang beda antara perbuatan dengan hatinya.


Memang,

Mulutnya berbicara A, tapi sesungguhnya dalam hatinya dia bicara B. Mulutnya bicara setuju, tapi hati sangat menentang. 


Orang munafik itu;

Koyok-koyok e nurut atau manut, padahal hatinya tidak ikhlas alias nggerundel.


Semoga kita semua dijauhkan dari sifat-sifat orang munafik.


Teman-teman yang saya cintai,


Rasulullah saw bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ.

"Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga. 1. Jika berbicara ia berbohong,

2. Jika berjanji ia ingkar, dan 

3. Jika dipercaya ia berkhianat”. 

(HR Bukhari)


Untuk mengetahui ciri-ciri orang munafik, atau mendeteksi apakah ada virus munafik dalam diri kita, maka kita perlu merujuk pada sabda Kanjeng Rasulullah saw. Di atas. 


Kanjeng Rasulullah saw menunjukkan tiga ciri-cirinya:

Yang pertama, Jika berbicara dia suka berbohong. 


Orang munafik itu:

Contohnya, dia tidak sakit tapi ngakunya sakit. Tujuannya apa? Ya, macam-macam. Biar bisa dapat izin pulang pondok, atau biar dijenguk teman-temannya sehingga dapat oleh-oleh buah atau bahkan amplop. 


Orang munafik itu contohnya:

Dia mengaku sedang puasa, padahal sebenarnya sudah makan 1 piring tadi pagi.

Tujuannya apa?

Ya, macam-macam. Ada kalanya biar dapet perhatian gurunya, atau biar dianggap oleh teman-temannya sebagai orang yang sholeh.

Bisa juga tujuan-tujuan lainnya.


Teman-teman semuanya,


Orang yang suka berbohong, biasanya akan terus berbohong. Karena dia akan dituntut berbohong lagi demi menutupi kebohongan berikutnya.


Misalnya,

Ada anak ditanya gurunya:

"Kamu tadi masuk sekolah nggak?" 

Jika dia berbohong, bisa jadi dia menjawab masuk. Padahal, hari itu bolos. 

Maka, ketika ditanya lagi, "Tadi diajar apa sama Pak Guru?" Dia akan mencari-cari jawaban ngarang. Karena memang tidak mengetahui pelajaran hari itu. Wong nggak masuk. Iya kan?

Begitu seterusnya, kebohongan demi kebohongan akan terus dilakukannya. 

Comments