Rabi'ah al-Adawiyah, Lahir dari Keluarga Tak Berpunya


• Rabi'ah al-Adawiyah, Lahir dari Keluarga Tak Berpunya • 


Rabi'ah Adawiyah, sufi besar. Keluarganya tergolong melarat. Untuk makan dan kebutuhan sehari-hari, mereka serba kekurangan. Mereka dikaruniai 3 anak perempuan, sebelum kemudian Rabi'ah (anak keempat) lahir.


Di malam ketika Rabi'ah dilahirkan, hari itu keluarga Rabi'ah benar-benar tak punya apapun. Tak ada potongan roti yang bisa dimakan, tak ada bahan makanan yang bisa dimasak, tak ada minyak untuk penerangan rumah. Gelap. Sementara, tanda-tanda si kecil Rabi'ah akan lahir malam itu.


Sang ibu menyuruh Bapak Rabi'ah untuk meminta bantuan ke tetangga.

"Cepatlah minta tolong ke tetangga. Anak kita mau lahir," pinta sang Ibunda.


Sang ayah keluar rumah dengan gontai. Dia menahan malu--jika harus meminta-minta. Sejak dulu, dia sudah bersumpah tidak akan meminta apapun kepada selain Allah SWT. 


Tiba di rumah seorang tetangga, dia ragu-ragu hendak mengetuk pintu. Lalu, hanya terdiam menahan malu. Tidak jadi mengetuk pintu. 


Sang ayah pindah ke rumah tetangga lainnya. Tangannya sudah memegang pintu. Lagi-lagi dia tak kuasa mengetuk pintu.


Dengan berat hati, dia kembali pulang.

Bilang pada istrinya, 

"Mereka menutup pintunya. Tidak ada yang mau membuka pintu," ujar suami lirih.


Sang istri bertambah sedih.


Dalam keadaan kalut yang kian memuncak, sang suami terdiam. Meratapi nasibnya. Dia terduduk sambil merangkul kakinya. Perlahan, air matanya menetes, kian deras dan deras. Dia menangis.


Dia ketiduran.


Dalam tidurnya, dia mimpi bertemu Rasulullah saw. Beliau berpesan kepada ayah Rabi'ah;

"Datanglah pada hakim Kota Basrah. Sampaikan salamku padanya; ingatkan bahwa dia setiap hari punya kebiasaan membac sholawat 100x, dan khusus malam Jumat membaca sholawat 400x. Tetapi, malam tadi dia telah lupa membaca sholawat. Maka, sebagai gantinya, dia harus memberimu 400 dinar uang."


Ayah Rabi'ah terbangun. Nafasnya memburu. Antara bahagia dan merasa beban.

Bahagia karena mimpi bertemu Nabi saw.

Beban karena harus menyampaikan sebuah "proposal" kepada orang lain. Padahal, dia sudah bersumpah seumur hidup tidak akan meminta pada selain Allah.


Namun, karena sudah pesan Baginda Rasulullah, dia harus melaksanakannya. Dia lalu menuliskan pesan tersebut di secara kertas. Dilipatnya surat tersebut. Dengan sangat rahasia, disimpannya surat itu, lantas dititipkan lewat salah seorang pengawal hakim kota Basrah.


Sang hakim, demi membaca surat tersebut, menangis tersedu-sedu. Dia gembira bukan main, ternyata diingatkan sendiri oleh Baginda Rasulullah saw atas kelalaiannya istiqomah membaca sholawat malam itu.


Untuk membayar kelalaiannya, sang hakim lantas berbagi sedekah sebanyak 2.000 dinar (sekitar 8 miliar) yang dibagi ke fakir miskin.

Lantas dia datangi sendiri ke rumah Ayah Rabi'ah dan menyampaikan uang 400 dinar (sekitar 1.6 miliar). 


"Kita harus menghormati beliau, karena orang inilah yang menyampaikan mandat Rasulullah saw kepada," ucap sang hakim kepada para pengawalnya.


Dengan uang sebesar itu, keluarga Rabi'ah bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya.


===

Comments