Masalah Remaja di Pondok [bagian 1]

 


• Problem Anak Remaja yang Terus Berulang • 


"Saya mondokkan anak di Babat, karena pengelolanya masih muda," ujar salah seorang wali santri suatu ketika.


"Bedanya apa  lho?" saya tanya.


"Kalau yang mengelola masih muda, pasti mengerti dengan problematika anak muda. Cara menanganinya pun pasti dengan lebih smart dan sesuai konteks," alasannya lebih lanjut. 


"Maksudnya bagaimana?"


"Guru/musyrif yang smart, ketika menemukan anak melakukan kesalahan, tidak asal menghukum. Tidak langsung digundul, dicambuk, atau hukuman fisik lainnya, tanpa menangani secara psikologis dan dari hati ke hati," jelas beliau panjang x lebar. 


Problem yang dihadapi remaja, usia SMP misalnya, memang akan berputar-putar sekitar itu-itu. Pun demikian anak-anak yang mondok untuk pertama kalinya--setelah sekian tahun "dikempit" dan dimanja orangtuanya. 


#1. Tidak Kerasan 


Itu pasti. Siapa pun pasti akan merasa lebih nyaman di rumah sendiri daripada di rumah orang lain. Atau di pondok, yang fasilitasnya terbatas dibandingkan di rumah sendiri. 


Justru, kalau ada anak yang lupa rumah dan lupa ortu, itu yang perlu dipertanyakan.

Ada apa di rumahnya? 

Apakah ada yang ditakuti di rumah, sehingga tidak bikin nyaman?


#2. Bullying 


Interaksi dengan teman-teman baru, terkadang tidak berjalan mulus. Apalagi berasal dari daerah berbeda, latar belakang keluarga dan ekonomi berbeda. Pasti akan menimbulkan gesekan. 


Sebelum anak mondok, orangtua perlu memberikan pemahaman. Bahwa kapan pun di mana pun, kita akan menemukan orang-orang yang berbeda dengan kita. Yang tidak kita sukai. Atau yang tidak menyukai diri kita.


Nah, kepandaian untuk berdamai dan adaptasi itulah yang akan menentukan cepat atau lambatnya si anak menyatu dengan teman barunya.


Yang paling sering, adalah panggilan nama bapak terhadap temannya. Kadang body shamming--menyebut "keunggulan" fisik anak. Lalu, serta merta mereka anggap sebagai bully. Padahal, itu tergantung sikap kita menanggapi. 


Jika tepat caranya, pasti akan membuat si anak aman. Tukang panggil, jadi bosan sendiri. Secara psikologis, si anak jadi lebih kuat mentalnya. 


#.3 


Bersambung ... insya Allah.

Comments